28 Juni 2008

Undangan Rathayatra di Bali



Setiap tahun ribuan hingga jutaan orang menghadiri perayaan Ratha-yatra di Puri dan mendapatkan karunia tak terhingga serta pencerahan rohani. Kini berkat Sri Srimad A.C. Bhaktivedanta Swami Pra-bhupada, Acarya-Pendiri The Interna-tional Society for Krishna Consciousness (ISKCON), yang telah menggagas Ra-tha-yatra pertama kali di luar India (tahun 1967 di San Francisco), kita mendapatkan kesempatan yang sama untuk memperoleh karunia rohani ini diseluruh dunia. Demikian pula, kita pun dapat merasakan hal yang sama dengan turut serta dalam Ratha-yatra yang diselenggarakan di kota Denpasar. Manfaat dari perayaan ini adalah penyucian Bhuana Agung dan Bhuana Alit demi kesejahteraan semua makhluk (Bhuana-Krtih).
Read More!

Rahasia Dibalik Rathayatra

Srila Gour Govinda Swami Maharaja,
Bhubaneswar, 11 Juli 1994


Ada banyak salah pengertian tentang Sri Jagannatha dan Ratha-yatra. Kita hendaknya mengerti tattva – filosofi yang benar sebagaimana dijelaskan oleh Mahaprabhu, juga yang dimanifestasikan-Nya, karena Mahaprabhu adalah otoritas tertinggi. Siapa itu Jagannatha? Tidak ada perbedaan di antara Mahaprabhu, Krishna dan Jagannatha: “sei krsna, sei gaura, sei jagannätha." Orang-orang pada umumnya tidak memahami. Mereka banyak memiliki hayalan dan penafsiran.

Mereka sangat bangga atas pendidikan materialnya, keberuntungan, kecerdasan dan pengetahuan materialnya. Tetapi orang tidak dapat memahami Tuhan Yang Maha Esa tanpa karunia dari Tuhan. Hanya itu yang dibutuhkan. Dan juga mereka tidak mendengar dari seorang sadhu, guru, vaishnava, tanpa hal ini tak seorang pun dapat mengerti. Hanya para penyembah terkasih Jagannatha, Krishna dan Mahaprabhu yang akan mengerti. Mahaprabhu adalah seorang acarya, sadhu, guru, dan Dia telah menjelaskan tattva – filosofi di balik Ratha-yatra. Tidaklah begitu gampang untuk mengerti – paramo nirmatsaranam satam vedyam. Srimad-Bhagavatam mengatakan tentang siapa yang dapat mengerti – hanya seorang vaishnava yang tidak iri hati. Walaupun yang lainnya mungkin mendengar, namun mereka tetap tidak dapat mengerti. Hal itu tidak akan masuk ke dalam telinga mereka. Saya akan menjelaskan sejarah dan tattva dari Ratha-yatra sebagaimana Mahaprabhu telah mengungkapkannya.

Hari Kemunculan Jagannatha

Skanda Purana adalah Purana terbesar di antara delapan belas Purana. Di sana ada sebuah khanda yang disebut Utkal-khanda. Di Dalam Utkal-khanda kita menemukan segala sesuatu mengenai Jagannatha dan Purusottama Ksetra, yang mana juga dikenal sebagai Jagannatha Ksetra. Srila Vyasadeva telah menulisnya. Di dalam Skanda purana Tuhan Jagannatha bersabda kepada Maharaja Indradyumna, “ O Raja, Aku akan muncul pada Hari Purnama di bulan Jyestha”.

Ini adalah hari dimana kita merayakan Snana Purnima – Sri Jagannatha abhiseka (mandi – red) di tempat umum. Hal itu terjadi pada masa Svayambhuva Manvantara, pada bagian pertama dari Satya-yuga. Tuhan Jagannatha bersabda, “Aku muncul karena merasa puas dengan pelaksanaan yajna dan bhakti.” Inilah hari kelahiran atau kemunculan Sri Jagannatha-deva. Jadi setiap tahun pada hari yang sama Upacara Abhiseka – memandikan di tempat terbuka harus dilakukan – karena ini adalah perintah Sri Jagannatha kepada Maharaja Indradyumna. Maharaja Indradyumna adalah penyembah yang agung. Dia telah melakukan seribu kali korban suci kuda (asvameda yajna). Karena puas dengan penyembah dan yajna yang telah dilakukannya, maka Sri Jagannatha muncul pada bagian kedua dari masa Svayambhuva Manvantara dan Brahma mensthanakan Arca Jagannatha di Kuil tersebut.

Cerita Purba

Jika anda menghitung periode ini maka anda akan menemukan tanggal pada saat mana pembangunan kuil Jagannatha dimulai, ketika kuil tersebut diresmikan dan kapan Arca disthanakan di atas singgasana. Ini adalah seratus lima puluh tiga juta empat ratus ribu (153.400.000) tahun yang lampau. Perhitungan ini menurut otoritas dari Skanda purana. Ratha-yatra mulai pada masa Svarocisa Manu. Dalam satu hari Brahma ada empat belas Manu. Jaman kekuasaannya disebut Manvantara. Dan sekarang sedang berlangsungnya jaman Vaivasvata Manvantara. Svayambhuva Manu adalah Manu yang pertama, kemudian Svarocisa, diikuti oleh Uttama, Tamasa, Raivata dan Caksusa. Dan saat ini Vaivasvata Manvantara sedang berlangsung. Setelah ini akan datang menyusul Savarni, Daksa-savarni, Brahma-savarni, Dharma-savarni, Rudra-savarni, Deva-savarni, dan Indra-savarni. Jumlahnya empat belas Manu. Svarocisa Manu adalah Manu kedua, dan menurut Skanda Purana Ratha-yatra mulai pada jaman kekuasaannya. Itu adalah pada jaman Satya-yuga, dan Ratha-yatra tersebut telah berlangsung sampai saat ini. Dan di sana juga dijelaskan bahwasanya ini akan berlangsung terus sampai pada bagian akhir dari parardha (setengah) periode dari pada Brahma. Brahma hidup selama seratus tahun. Jadi Ratha-yatra akan terus berlangsung sampai setengah umur Brahma.

Deskripsi Veda

Kata ‘ratha’ ini ditemukan dalam Veda. Dalam upanisad disebutkan:
atmanam rahinam viddhi
sarirsm ratham eva ca
buddhim to sarathim viddhi
manah pragraham eva ca



Jiva atau sang roh adalah seperti seseorang yang duduk di atas sebuah kereta atau ratha, badan adalah kereta itu sendiri, kecerdasan adalah sang kusir dan pikiran adalah tali kekang.


indriyani hayan ahur
visayams tesu gocaran
atmendriya-mano-yuktam
bhoktety ahur manisinah


Orang yang bijaksana mengetahui tentang indria-indira sebagai kuda dari ratha ini dan obyek-obyek indria sebagai jalan tempat mereka berlari. Sang roh, terikat pada indria-indria melalui pikiran, mengalami kebahagiaan dan kesedihan.

yas tv avijnanavan bhavati
ayuktena manasa sada
tasyendriyann avasyani
dystasva iva saratheh


Orang yang tak dapat melihat perbedaan bagaikan orang yang telah kehilangan kendali tali kekang indria-indrianya tak terkendali, seperti pengemudi yang tidak baik.

yas tv avijnanavan bhavati
yuktena manasa sada
tasyendriyann avasyani
sad-asva iva saratheh


Namun bagi orang yang memiliki kebijaksanaan yang lahir dari pengalaman, yang pikirannya selalu mengendalikan tali kekang dan telah mengendalikan indrianya seperti kuda-kuda kusir yang terlatih dengan baik.

vijnana-sarathir yas tu
manah pragrahavan narah
so 'dhvanah param apnoti
tad-visnoh paramam padam



Bagi orang yang telah memiliki pengetahuan keinsafan mengenai Kebenaran Mutlak sebagai pengendali keretanya dan yang pikirannya terkendali, dia mencapai batas jalan dari ikatan material dan mencapai tujuan utama – kediaman Tuhan Vishnu, Personalitas Tuhan Yang Maha Esa.

Kita dapat melihat bahwa kata ‘ratha’ ini sangat tua, sebagaimana yang ditemukan di dalam Upanisad, yang merupakan bagian utama dari Veda. Badan adalah ratha, sebuah kereta. Atma – sang roh – adalah rathi – penumpang yang duduk di dalam ratha. Dia adalah pemilik ratha. Buddhi, kecerdasan, adalah sarathi, kusir kereta. Pikiran adalah tali yang terikat pada kuda, dan indria-indria adalah sang kuda. Orang yang mengendarai kereta kuda menempatkan ‘kacamata kuda’ pada kuda-kudanya. Mengapa? Dalam perjalanan mereka tidak akan melihat kesana kemari. Pandangan mereka akan lurus ke depan. Dia terikat dengan sangat kuat pada tali-temali. Indria-indria adalah kuda. Mereka adalah obyek dari kenikmatan indria: sabda, sparsa, rupa, rasa, gandha – suara, sentuhan, bentuk, rasa dan bau. Mereka akan menarik kereta beserta kusirnya. Mata akan menarik seseorang melalui bentuk yang indah, telinga akan menarik seseorang melalui suara yang merdu, dan hidung akan menarik seseorang melalui aroma harum. Lalu bagaimana keadaan ratha ini? Kereta ini akan dibawa kesana kemari.

Sang kusir kereta, yang merupakan kecerdasan, hendaknya sangat ahli. Kecerdasan yang murni datang dari Krishna. Ketika pikiran mantap pada kaki padma Krishna, maka kamu akan memiliki kecerdasan yang murni. Itulah kusir yang ahli. Dia akan memegang tali kendali pikiran dengan ketat, sehingga kuda tidak lari kesana kemari. Dia tidak akan memperkenankan sang kuda untuk melihat obyek kenikmatan indria. Hanya bentuk Krishna Yang Mahatampan, man mana bhava. Pikiran yang terkendali artinya mantap sepenuhnya pada kaki padma Sri Bhagavan, Vishnu atau Sri Krishna. Maka indria-indria yang lainnya, kuda terlatih, mereka sepenuhnya di bawah kendali sang kusir. vijyana-sarathir yas tu manah pragrahavan – Ketika pikiran terkendali, indira-indria juga terkendali. Jadi 'dhvanah param apnoti tad-visnoh paramam padam'– maka kereta akan berlari di atas jalan dan tujuan akhirnya adalah kerajaan tertinggi dari Sri Vishnu. Jika kuda-kuda sangat nakal dan kusir juga tidak ahli, bila dia tidak dapat memegang tali kendali dengan kuat, dan juga dia lupa mengenakan kacamata pada kudanya – maka kudanya akan melihat kesana kemari dan akan menarik kereta kesana kemari. Dan kamu tidak akan dapat mencapai tujuan. Jadi kata ratha ini bukanlah kata yang baru. Ini adalah kata yang sudah sangat purba di dalam Veda.

Pada abad ke-3 SM di jaman Dravidadesa yang purba (sekarang dikenal sebagai Tamil Nadu – India Selatan) ada seorang raja yang sangat hebat bernama Pandyavijaya. Pandyavijaya memiliki seorang pendeta yang bernama Devesvara yang merupakan bhakta (penyembah) Sri Vishnu yang agung. Dengan mengikuti petunjuk Devesvara, Raja Pandyavijaya menegakkan kembali Sanatana Dharma. Pandyavijaya menyelamatkan arca Sri Jagannatha, Baladeva dan Subhadra dari cengkraman umat Buddha yang telah mengambil dan membawa arca-arca tersebut. Raja menyelamatkan Mereka dan mensthanakan Mereka di atas Kereta dan memulai Ratha-yatra. Ratha-yatra berangkat mulai dari Kuil Jagannatha yang asli yang juga dikenal sebagai Nilacala, yang sekarang juga dikenal sebagai Sundaracala.

Ada sebuah taman indah di tempat Jagannatha tersebut (500 tahun yang lalu ketika Sri Caitanya Mahaprabhu, taman tersebut masih ada dan beristirahat di taman tersebut). Setelah beberapa hari, raja Pandyavijaya menaruh kembali arca-arca tersebut di atas Kereta dan membawa Mereka ke Kuil yang asli. Menurut sejarah-sejarah pada umumnya, Ratha-yatra dimulai ketika itu. Tetapi menurut sejarah Veda yaitu Skanda Purana – Ratha-yatra itu telah dimulai bertahun-tahun sebelumnya. Prosesi ketika arca-arca Jagannatha, Baladeva, Subhadra dibawa ke Kereta masing-masing disebut sebagai Panduvijaya atau Pahandivijaya, sesuai dengan nama Raja Pandyavijaya. Para Dayita, pelayan Sri Jagannatha, mengangkat arca dari satu bantal ke bantal lainnya.

Prahlada menyelenggarakan Ratha-yatra

Di dalam Bhavisya Purana dijelaskan bahwa pada jaman Satya-yuga Prahlada telah menyelenggarakan Ratha-yatra. Beliau mensthanakan Mahavishnu di atas Ratha kemudian menariknya.

Kemudian para deva, para siddha, para gandarva menyelenggarakan Ratha-yatra. Juga pada jaman purba, pada bulan kartika, juga terdapat Krishna Ratha-yatra, Ratha-yatra daripada Krishna. Tetapi menurut Skanda Purana, tanggal dan hari Ratha-yatra adalah pasti. Di sana dikatakan bahwa pada hari kedua bulan Asadha, pada Pusyami Naksatra adalah hari berlangsungnya Ratha-yatra. Tetapi di dalam ISKCON kita dapat melaksanakan Ratha-yatra kapan saja. Kita melakukan itu (Ratha-yatra-red) kapan saja karena Srila Prabhupada telah memulainya. Mengapa beliau melakukan seperti itu? Beberapa mengkritik. Mereka mengatakan penyembah-penyembah dalam ISKCON tidak mengikuti sastra dan bahwa ada tanggal yang pasti untuk Ratha-yatra. Di sini di Utkal, Orissa, kita tidak dapat menyelenggarakan Ratha-yatra di luar tanggal yang pasti. Kita pasti akan menghadapi banyak kritikan karena Ratha-yatra yang sudah sangat terkenal di Jagannatha Puri diselenggarakan pada hari sebagaimana dijelaskan dalam Skanda Purana. Jadi kita tidak dapat melakukan selain hari itu.

Makna dibalik Ratha-yatra


Sehari sebelum Ratha-yatra disebut Gundica Marjana, yaitu membersihkan kuil Gundica. Apakah tattva dibalik gundica marjana ini? Mahaprabhu membersihkan dengan tangan-Nya sendiri, bersama dengan sahabat-sahabat karib-Nya.

Dengan cara seperti itu menunjukkan kepada kita bagaimana caranya menyucikan hati kita. Hati kita adalah singgasana untuk Tuhan – hrdaya simhasana. Tetapi sebelum hati kita disucikan dari segala kekotoran material – kepalsuan, kemunafikan, keinginan untuk kenikmatan material, keingingan untuk pembebasan material, keinginan untuk nama baik, kemashyuran, prestise dan penghormatan – Tuhan tidak akan berkenan duduk di sana. Semua hal ini bagai rumput-rumput, pasir, kerikil dan duri. Mahaprabhu membersihkan kuil dua kali. Kemudian dengan pakaian-Nya sendiri Dia terus menggosok sehingga tak tersisa setitik kotoran pun. Dengan cara seperti itu Dia menunjukkan kepada kita bahwa hati kita harus benar-benar sangat bersih, bila tidak demikian Tuhan tidak akan duduk. Itulah tattva dari Gundica-lila. Kemudian apakah tattva di balik Ratha-yatra? Apa yang diungkapkan oleh Mahaprabhu?

anyera hrdaya mana, mora mana vendavana
'mane' 'vane' eka kari' jani
tahan tomara pada-dvaya, karaha yadi udaya
tabe tomara purna krpa mani


[Berbicara dalam suasana hati Srimati Radharani, Sri Caitanya Mahaprabhu berkata, ”Untuk kebanyakan orang, pikiran dan hati adalah satu, tetapi karena pikiran-Ku tidak terpisah dari Vrindavana Aku menganggap pikiran-Ku dan Vrindavana adalah satu. Pikiran-Ku sendiri sudah menjadi Vrindavana, dan karena engkau suka Vrindavana, mohon menempatkan kaki padma-Mu di sana. Aku akan menganggap-Nya sebagai karunia-Mu sepenuhnya.”]

tomara ye anya vesa anya sanga anya-desa vraja
jane kabhu nahi bhaya
vraja-bhumi chadite nare, toma na dekhile mare,
vraja-janera ki habe upaya


Para penduduk Vrindavana tak ingin melihat-Mu berpakaian seperti seorang pangeran, mereka juga tak ingin Engkau bergaul dengan para pahlawan agung di negeri lain. Mereka tak dapat meninggalkan tanah Vrindavana, dan tanpa kehadiran-Mu, mereka semua sekarat. Apa jadinya keadaan mereka?

tumi-vrajera jévana, vraja-rajera prana-dhana
tumi vrajera sakala sampad
krpardra tomara mana, asi jiyao vraja – jana
vraje udya karao nija – pada


Krishna-Ku sayang, Engkau adalah jiwa dan hidup dari Vrindavana-dhama. Engkau khususnya adalah daya hidup dari Nanda Maharaja. Engkau adalah satu-satunya harta di tanah Vrindavana, dan Engkau penuh karunia. Mohon datang dan biarkan mereka hidup. Bermurah hatilah untuk menapakkan kaki padma-Mu lagi di Vrindavana.

Dua Wujud yang sedang Menangis

Mahaprabhu adalah Jagannatha, Dia adalah Krishna, otoritas tertinggi. Apapun yang telah Dia ungkapkan untuk kita sehubungan dengan tattva dibalik Ratha-yatra, itu adalah otentik. Krishna adalah Mahaprabhu dan Dia juga Jagannatha yang sama - sei krsna, sei gaura, sei Jagannatha - sama sekali tak ada perbedaan di antara Mereka. Tetapi suasana hati Mahaprabhu sangatlah berbeda. Krishna dalam suasana hati Srimati Radharani adalah Mahaprabhu. Bentuk Krishna sebagai Gaura adalah krsna-viraha-vidurä-rupa, derita rasa rindu yang sangat mendalam karena berpisah dengan Krishna. Dia adalah Krishna yang sedang merasakan kerinduan yang sangat mendalam dengan Krishna. Krishna yang sedang menangisi Krishna adalah Gaura. Inilah Tattva. Jagannatha adalah Krishna, tetapi sedang menangis untuk Radha. Bentuk itu disebut radha-viruha-vidura-rupa, dengan mata yang besar dan bulat serta tangan dan kaki-Nya yang terserap ke dalam tubuh seperti kura-kura. Dalam bentuk seperti itu Krishna sedang merasakan derita rasa rindu yang sangat dalam karena berpisah dengan Radha.

Itulah yang juga disebut mahabhava – perasaan tertinggi dalam gairah cinta kasih rohani. Rasa rindu Radha kepada Krishna dan rasa rindu Krishna kepada Radha, keduanya ada di sana di Purusottama–ksetra – Gaura dan Jagannatha, jadi ada perjumpaan di sana. Gaura dalam radha-bhava, sedang menangis untuk Krishna, “Dimanakah prana-vallabha (nafas dan kesayangan) Ku, Shyamasundara Krishna? kva krsna nanda-kula-candramah, kva krsna nanda-murali-ravah, kva krsna sikhi candrakalankrtih, kva krsna rasa-rasa tandavi. Di manakah Krishna yang merupakan bulan dinasti Nanda? Dimanakah Krishna yang memainkan seruling-Nya dengan sangat manis – nanda-murali-ravah? Dimanakah Krishna yang kepala-Nya selalu dihiasi dengan bulu Burung Merak? Dimanakah Krishna yang menari dalam tarian rasa? Dimanakah Krishna itu, prana-vallabha – Tuhan dari hidup, dan hati-Ku. Dimanakah Dia?” Mahaprabhu selalu menangis dan menangis terus. Ketika dia pergi untuk memperoleh darsana Sri Jagannatha Dia melihat, “Oh! Dia adalah Prana-vallabha-Ku Tuhan bagi hati-Ku. Jagannatha menunjukkan kepada-Nya bentuk Shyamasundara-Nya yang sangat tampan, karena Mahaprabhu dalam radha-bhava. Siapakah yang akan melihat bentuk Jagannatha tersebut? Dia menunjukkan bentuk tersebut bagi orang yang berada dalam radha-bhava, yang menangis untuk Krishna, “Prana-vallabha, Tuhan bagi hati-Ku” Segera setelah Gaura melihat, Oh Prana-vallabha-Ku, Shyamasundara!.” Dia berlari! Dan di tengah jalan Dia pingsan dan terjatuh. Jagannatha adalah Krishna yang menangis untuk Radha. Ketika Jagannatha melihat Mahaprabhu, Dia melihat, “Oh Radha bunga hati-Ku.” Dia melihat Radha dalam Gaura dan Gaura melihat Shyamasundara dalam Jagannatha.

Pertautan mereka berdua di Nilacala – di Purusottama-ksetra. Dua wujud yang sedang menangis – menangis untuk Krishna dan menangis untuk Radha. Kedua wujud tersebut sedang menangis karena kerinduan yang sangat mendalam akibat perpisahan, vipralambha. Jadi Jagannatha-ksetra adalah Vipralambha-ksetra—tempat untuk merasakan kerinduan.

Petunjuk untuk Ratha-yatra


Dalam Vishnu Dharma dinyatakan, asadhasya site pakse dvitiya pusya samyuta. Pada bulan Asadha, pada hari kedua dari bulan terang, pada Pusya-naksatra – saat bintang Pusyä ada di sana, itulah hari untuk Jagannatha Ratha-yatra. Ini dinyatakan dalam Skanda Purana dan juga dalam Vishnu Dharma. Naksatra tersebut tidak datang setiap tahun. Bila tak ada Pusya-naksatra, hendaknya Ratha-yatra tetap dilaksanakan. Bila Pusya-naksatra ada, maka itu akan menjadi penuh kemujuran. Festival Ratha-yatra hendaknya dilaksanakan dengan menyiapkan berbagai makanan dan manisan lezat untuk Jagannatha, Baladeva dan Subhadra. Seseorang hendaknya memberi makan para Brahmana dan Vaishnava. Selama tujuh hari Ratha hendaknya tinggal di Gundica mandira. Di negara barat Gundica mandira mungkin berada di pinggir pantai atau di pinggir sebuah sungai. Juga disebutkan dalam Vishnu Dharma bahwa seseorang mungkin menempatkan Kereta pada pantai atau pinggir sungai selama tujuh hari. Melakukan festival di sana, kemudian melaksanakan Ratha-yatra kembali. Menghiasi kembali Ratha dengan bunga dan hiasan lainnya dengan sangat indah. Kembalinya Yatra (perjalanan kembali - red) jatuh pada hari kesepuluh, Dasami titthi. Kadang-kadang kembalinya Yatra akan jatuh pada hari Ekadasi. Kembalinya Yatra ini juga sangat mujur. Siapapun yang melihat Sri Bhagavan Vishnu, Krishna, Jagannatha di atas Kereta-Nya pasti akan mendapat pembebasan.

Di dalam Vishnu dan Padma Purana dinyatakan:

asadhasya dvitiyayam
ratha kuryad visesatah
asadha suklaikadasyam
japa homa mahotsavam

rathasthitam vrajantam tam
mahmvedi mahotsave
ye pasanti mudabhaktya
vasas tesam hareh pade

satyam satyam punah satyam
pratijnatam dvijpttamah
natah sreyah prado visnor
utsavah sastra sammatah

Padma Purana juga memberikan hari ini – hari kedua pada bulan terang dari bulan Asadha sebagai hari pelaksanaan Ratha-yatra. Kemudian kembalinya Yatra mungkin dilakukan pada saat hari Ekadasi atau hari kesepuluh. Seseorang hendaknya melaksanakan korban suci api, mengucapkan nama suci, melaksanakan festival besar, dan kemudian pergi melihat Tuhan dalam Ratha-Nya. Bagi mereka yang melihat Tuhan dalam Ratha-Nya segera pergi ke kediaman Tuhan Vishnu, rathe ta vamana drstva punar janma na vidyate. Ini sangat populer di antara orang-orang Hindu. Bila kamu melihat Tuhan Vamana pada Ratha-Nya, maka tak ada kelahiran kembali. Ini disebutkan dalam sastra. Jadi inilah sekilas mengenai sejarah dan tattva dibalik Ratha-yatra.

Percakapan antara Srila Gour Govinda Swami dengan seorang penyembah:

Penyembah: Anda pernah berkata bila seseorang hanya melihat Tuhan Jagannatha pada Kereta Ratha, dia akan mendapatkan mukti – pembebasan. Ini berarti setiap orang yang melihat Jagannatha mendapatkan pembebasan?

Gour Govinda Swami: Tuhan Jagannatha, bukan Jagannatha sebagai murti kayu atau boneka!

Penyembah: Jadi itu berarti seseorang yang telah memiliki prema?

Gour Govinda Swami: Ya! ya!

Penyembah: Sangat populer bagi penyembah-penyembah untuk berkata jika kamu hanya melihat Sri Jagannatha kamu akan mencapai pembebasan.

Gour Govinda Swami: Itu baik, tetapi bagaimanapun datang untuk melihat Sri Jagannatha dan ikut serta dalam kegiatan-Nya itu, yaitu untuk melibatkan orang-orang berjapa dan menari di hadapan Ratha sangat membantu.


Read More!

Sejarah Rathayatra

Jagannatha Puri Ksetra, satu dari tempat tersuci di keempat penjuru Bharata-varsha (India). Tiga lainnya adalah Dwaraka di Barat, Rameshwaram di Selatan, dan Badrinath di Utara, jauh tinggi di pegunungan Himalaya. Puri sendiri terletak di pesisir pantai Timur, yaitu di negara bagian Orissa yang pada jaman dahulu dikenal dengan nama Kalinga atau Utkal. Sebuah kota suci kuno yang selama beribu-ribu tahun telah diabdikan bagi perkembangan rohani.

Temple Jagannatha Puri

Pada masa lampau di Ujjain berkuasa seorang raja yang suci dan penyembah Tuhan yang sangat mulia bernama Maharaja Indradyumna. Demi pencerahan rohani seluruh rakyatnya Maharaja berkeinginan besar untuk memuja Tuhan secara langsung dan berusaha agar Tuhan Sendiri berkenan hadir memberkati kerajaannya. Puas oleh persembahan yajna dan bhakti sang maharaja, Tuhan Yang Mahakuasa berkenan mewujudkan Diri dalam bentuk yang sangat unik, dikenal sebagai Jagannatha. Jagannatha artinya Tuhan Alam Semesta. Indradyumna membangun sebuah kuil di atas Bukit Biru (Nilachala) dan menstanakan Beliau di sana. Sejak saat itu, berjuta-juta orang memperoleh karunia rohani yang tak terhingga hanya dengan melihat (darshan) wujud indah Sri Jagannatha yang luar biasa itu. Hingga saat ini jutaan orang berziarah ke Puri untuk memuja Tuhan Sri Jagannatha. Puncak kunjungan para pe-ziarah adalah pada hari kedua paruh bulan terang di bulan Asadha (Juni-Juli) yang disebut Ratha-yatra Mahotsava.

Menurut sejarah sekitar abad ketiga SM (2500 tahun yang lalu) hiduplah seorang Raja Hindu yang sangat kuat di Tamil Nadu bernama Maharaja Pandyavijaya. Bersama pendetanya yang bernama Deveshwara, seorang penyembah Vishnu yang agung, Pandyavijaya menegakkan kembali sanatana-dharma. Maharaja melindungi peradaban Veda dan membuatnya populer lagi, setelah selama ratusan tahun tersisih oleh pengaruh buddhisme. Pandyavijaya membawa Sri Jagannatha dari Nilacala ke suatu tempat yang bernama Sundaracala dengan sebuah kereta. Inilah yang diterima sebagai awal dari perayaan Ratha-yatra.

Ratha-yatra artinya 'Perayaan Kereta'. Perayaan kuno untuk menghormati Tuhan Alam Semesta ini dilaksanakan untuk memperingati kisah yang dituliskan dalam Srimad-Bhagavatam, ulasan otentik Vedanta-sutra. Lima ribu tahun yang lalu sebuah pertemuan terjadi antara Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa Sri Krishna dengan para penyembah-Nya yang terkasih dari Vrindavan, dalam suatu per-ziarahan suci selama gerhana matahari di Kuruksetra (medan pertempuran suci Bharatayuda dan tempat Bhagavad-gita disabdakan). Ketika itu para penyembah menarik kereta yang dikendarai oleh Sri Krishna, Baladeva dan Subhadra dengan maksud untuk diajak kembali ke Vrindavan, kampung halaman Mereka. Vrindavan adalah sebuah desa para gembala sederhana, yang sekalipun para penduduknya tidak mengetahui Kitab Suci, Veda-Veda, apalagi mantra-mantra dan ritual tetapi memiliki cinta-kasih yang tulus dan murni kepada Tuhan. Jadi Ratha-yatra mengingatkan umat manusia dan semua makhluk bahwa sesungguhnya cinta-kasihlah yang mengundang Tuhan untuk datang.

Read More!